Selamat dat ang di MI Al-Irsyad Madiun

Agar Kesulitan Belajar Tak Berkepanjangan

Makanan dimakan, badan jadi sehat dan kuat. Ilmu pengetahuan dipelajari, pikiran jadi cerdas dan cermat. Makanan bisa masuk ke perut melalui mulut dan tenggorokan. Ilmu pengetahuan masuk ke pikiran melalui mata membaca. Siswa yang tidak mau/sulit makan rawan terserang penyakit karena mungkin kekurangan gizi yang dibutuhkan organ tubuh. Bagaimana bila siswa tidak mau belajar ? Jelas, siswa menjadi tidak cerdas dan cermat.
Saat perut lapar, anak tidak perlu menunggu perintah orang lain untuk mengisi perut. Bagaimana bila pikiran yang lapar ? Seharusnya, siswa segera melakukan kegiatan belajar/membaca tanpa menunggu perintah guru atau orang tua.
Bagi sebagian siswa yang rutin makan, kebutuhan gizinya terpenuhi, tapi kadang masih terserang penyakit juga. Demikian pula siswa, meski sudah belajar tiap hari, ada yang tetap tidak cerdas. Itu yang disebut kesulitan belajar.
Pada dasarnya, tiap siswa mendapatkan kesempatan untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. kenyataannya, siswa memang berbeda-beda dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, status sosial, kebiasaan membaca, serta pendekatan belajar.
Di sisi lain, perjalanan pendidikan di sekolah umumnya hanya ditujukan pada siswa yang memiliki kemampuan rata-rata. Siswa yang berkemampuan diatas atau di bawah rata-rata sering terabaikan. Disinilah muncul istilah kesulitan belajar.
Umumnya, kesulitan belajar siswa disebabkan hal-hal berikut. 
Pertama :
Faktor intern siswa, mencakup gangguan/kekurang mampuan psiko-fisik siswa. Itu bisa meliputi kognitif/ranah cipta (rendahnya inteligensi), aktif/ranah rasa (labilnya wmosi dan sikap), dan psikomotor/ranah karsa (gangguan indra penglihatan dan pendenganran)
Kedua :
Faktor ekstern siswa, mencakup semua kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung aktivitas belajar. Misalnya, lingkungan keluarga (orang tua kurang harmonis, ekonomi), lingkungan masyarakat (perkampungan kumuh, teman sepermainan nakal), serta lingkungan sekolah (lokasi sekolah dekat pasar, sarana sekolah tidadk memadai).
Menghadapi siswa kesulitan belajar, guru seharusnya melakukan diagnotik (upaya mengenal gejala awal dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kesulitan belajar siswa, dengan demikian guru dapat secara tepat menetapkan jenis penyakitnya (kesulitan belajar).
Salah satu diagnotik yang bisa dilakukan guru adalah prosedur yang meliputi observasi kelas (melihat perilaku aneh siswa dalam proses pembelajaran), memeriksa penglihatan dan pendenganran (khususnya yang diduga kesulitan belajar), wawancara dengan wali untuk mengetahui asal mula kesulitan belajar siswa. Langkah lainnya memberikan tes diagnotik  bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kemampuan inteligensi (IQ) khusus bagi siswa yang diduga kesulitan belajar.
Setelah semua dilakukan, guru bisa menganalisis hasil diaognosisnya, menentukan kecakapan bidang yang bermasalah, menyusun program yang bermasalah, menyusun program perbaikan, dan terakhir melaksanakan program perbaikannya. Guru seyogyanya juga bekerja sama dengan guru BP dalam menangani kesulitan belajar siswa di sekolah.

Tidak ada komentar:

Selamat dat ang di Lembaga Pendidikan MI Al-Irsyad Madiun